PURBALINGGA, INFO – Dinas Pemuda Olah raga dan Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga menggelar lomba Sapta Pesona Sadar Wisata bagi desa wisata. Lomba ini merupakan langkah pembinaan sadar wisata bagi pengelola desa wisata dan masyarakat khususnya di lokasi desa wisata. Dari 15 desa wisata yang dikirimi kuesioner, hanya lima desa wisata yang mengembalikannya dan menyatakan siap berkompetisi. “Lomba Sapta Pesona Sadar Wisata sekaligus sebagai ajang apresiasi terhadap kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang ikut mengembangkan pariwisata di desanya masing-masing,” kata Kepala Dinporapar Purbalingga, Drs Imam Hadi, M.Si, di ruang kerjanya, Senin (20/11).
Imam Hadi berharap, melalui lomba Sapta Pesona ini dapat meningkatkan rasa sadar wisata serta pengembangan pariwisata di masyarakat. Masyarakat yang sadar wisata akan menjadi tuan rumah yang baik, sehingga akan meningkatkan citra mutu produk serta pelayanan, dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke desa tersebut. Jika kunjungan meningkat, tentunya akan berdampak lebih jauh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa wisata tersebut.
”Disinilah peran masyarakat yang merupakan pemangku kepentingan dalam pengembangan pariwisata diuji. Masyarakat memiliki posisi dan peran penting dalam proses pengembangan serta memiliki hak dan kesempatan untuk turut ambil bagian sebagai penerima manfaat atau pelaku usaha kepariwisataan di desanya,” kata Imam Hadi.
Sementara itu, kepala Bidang Pariwisata pada Dinporapar Purbalingga, Drs Mulyanto mengatakan, tahapan lomba Sapta Pesona diawali pada tanggal 3 – 4 November 2017 dengan pemberitahuan dan pengiriman kuesioner ke 15 desa wisata. Kemudian tanggal 6 – 11 Nov tahap pengumpulan kuesioner, tanggal 13 November penilaian kuesioner, dan tanggal 16 – 18 November penilaian lapangan bagi desa wisata yang telah mengirimkan kuesioner. “Dari 15 desa yang dikirimi kuesioner lomba, ternyata hanya lima desa wisata yang mengembalikan. Kelima desa wisata itu yakni Desa Serang, Desa Siwarak, keduanya di Kecamatan Karangreja, Desa Bumisari, Kecamatan Bojongsari, Desa Karangcegak, kecamatan Kutasari, dan Desa Kaliori, Kecamatan Karanganyar. Untuk Desa Kaliori, terpaksa dianulir karena mengirimkan kuesioner melebihi batas waktu yang ditentukan,” kata Mulyanto.
Mulyanto menambahkan, Tim juri berasal dari unsur Paguyuban Wisata Purbalingga (Wisbangga), Tim Penggerak PKK, dan dari Dinporapar Purbalingga. Panitia menyediakan hadiah berupa uang pembinaan serta tropi dan piagam. Untuk juara I Rp 3 juta, II Rp 2,5 juta, dan juara III Rp 2 juta.
Sekretaris Wisbangga, Partomo disela-sela penilaian mengatakan, secara umum kesadaran Sapta Pesona dengan tujuh unsur yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan, masih tergolong rendah. Ciri khas sebuah desa wisata memang ada dijumpai di beberapa desa, namun masih ada desa yang belum terlihat ciri khas sebagai desa wisata. Penghijauan untuk menciptakan suasana sejuk, juga masih minim. Disekitar daya tarik wisata di desa, juga masih dijumpai jemuran pakaian warga yang kurang nyaman dipandang sebagai sebuah desa wisata. “Dari sisi unsur Aman, masih banyak desa wisata khususnya yang menampilkan daya tarik yang beresiko, belum tersedia papan peringatan. Hal ini penting karena keselamatan wisatawan menjadi hal utama. Selain itu, petugas di masing-masing desa wisata juga masih terbilang minim,” kata Partomo.
Partomo juga menyayangkan, adanya desa wisata yang tidak mengembalikan kuesioner untuk lomba. Dan ada juga desa wisata yang sudah merasa punya nama besar, namun meremehkan lomba Sapta Pesona ini. “Menurut Wisbangga, lomba ini sangat penting dan strategis sebagai ajang pembinaan sekaligus untuk berkompetisi meningkatkan pelayanan wisatawan yang berkunjung ke desanya,” tambah Partomo. (PI-1)